Disantet Hingga Tubuh Membusuk
Pertanyaan itu terus melintas di benak Fauziah (sebut saja demikian namanya-pen). Sebagai perempuan yang memiliki dua momongan serta bersuamikan lelaki yang tidak punya masalah dengan lingkungan sosial, tentu dia tidak habis pikir mengapa begitu kejamnya manusia terhadap dirinya.
Kebahagiaan batin bersuamikan lelaki yang ramah tidaklah lama dirasakan oleh Fauziah. Jebolan akademi keperawatan itu, semenjak baru menikah sudah merasakan gangguan aneh dari alam astral.
Dengan bermodal rupiah seadanya, dia dan suaminya bersepakat membuka klinik kesehatan di kampungnya di salah satu kampung di Bireuen. Untuk mencari pelanggan tentu bukan masalah. Walau terkesan agak pendiam, namun Fauziah sangat supel bila sudah berhadapan dengan pasiennya.
Kata-katanya yang lembut, cara dia meyakinkan pasien bahwa penyakitnya akan sembuh, membuat siapapun yang berobat, merasa sudah sembuh, sebelum meminum obat.
Namun, baru saja dia menikmati hasil kerjanya, peristiwa aneh mulai terjadi. Alat-alat medis yang dia gunakan mulai tidak berfungsi.
Hingga berbilang bulan, dia tidak bisa menjalankan usaha medisnya dengan baik. Akhirnya dia memutuskan untuk pindah lokasi praktik. Kepada kedua orang tuanya, dia meminta agar dibuatkan satu ruang kamar di samping rumah mereka-suaminya sudah kehabisan uang-. Permintaan itu dipenuhi oleh ayah dan ibunya.
Lagi-lagi, cobaan kembali datang. Kini giliran fisiknya yang diserang. Dia mulai sakit-sakitan tanpa sebab yang pasti. Acapkali Fauziah pingsan dan kemasukan iblis. Hal yang sama juga ikut dialami oleh ibunda Fauziah.
Tubuh mereka mulai gatal-gatal. Suasana rumah menjadi tidak tenteram. Untung saja, dalam kondisi demikian, sang suami tetap tabah mendampingi Fauziah.
***
Hasil diskusi internal keluarga, akhirnya disepakati bahwa Fauziah dan suaminya pindah ke kampung tetangga. Di sana, usai melahirkan, Fauziah berencana membuka kembali klinik kesehatan.
Hari yang ditunggu tiba. Pagi itu, satu bulan setelah melahirkan, Fauziah hendak berbelanja ke Bireuen. Ketika sedang merias diri di cermin, tiba-tiba wajahnya bengkak. Gatal dan sakit. Fauziah segera berlari meminta pertolongan tabib terdekat. Namun hasilnya nihil.
Dalam waktu yang tidak lama tubuhnya membusuk. Nanah dan benjolan merata di seluruh tubuh perempuan malang itu. Rasa sakit tiada tara harus ditanggung olehnya. Sang suami tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa pasrah.
"Bau busuk memenuhi seluruh rumah. Tubuh saya sakit luar biasa. Seperti disayat dan ditusuk dengan jarum-jarum halus. Airmata sudah kering untuk mewakili penderitaan ini. Hingga saya tidak sanggup lagi menangis," katanya pelan.
Tubuh Fauziah menebar aroma tidak sedap. Dari dalam telinganya keluar nanah. Seluruh keluargnya panik. Walau semua tabib mengakui bahwa Fauziah kena santet, akan tetapi tidak satupun diantara mereka yang mampu menyembuhkan derita Fauziah.
***
Kini, hari-hari Fauziah dilalui dengan perasaan risau. Kadangkala penyakit itu menyerang, kerap pula berkurang. Untung saja, dalam kondisi tertekan demikian, sang suami, ibunda dan keluarga tetap mendukung dirinya.
"Bila saja abang-suaminya- meninggalkan saya, saya tak tahu harus bersikap bagaimana lagi. Kadang pasrah juga dengan keadaan dan ingin menyerah. Namun melihat sinar mata anak-anak yang seolah-olah menghendaki saya harus bertahan, semangat hidup saya kembali tumbuh. Apalagi abang terus mendukung dan meyakinkan saya bahwa dia akan tetap mendampingi saya dalam kondisi apapun," kata Fauziah dengan nada lemah. []
Post a Comment